Tuesday, October 15, 2013

Hello Dolly!

Gang Dolly...

Meskipun saya tidak tinggal di Surabaya, dan saya belum pernah mengunjungi tempat tersebut, nama Gang Dolly cukup familiar di telinga saya. Gang Dolly terkenal sebagai salah satu lokalisasi usaha prostitusi yang cukup terkenal di Indonesia (dan bahkan kabarnya cukup terkenal juga di daerah Asia Tenggara ini). Tapi, akhir-akhir ini muncul berita bahwa Pemerintah Kota Surabaya (walikota Surabaya saat ini) sedang mempersiapkan penutupan lokalisasi Dolly itu.

Pertanyaanya adalah: apakah hal tersebut bijaksana?

Saya tidak akan bicara mengenai orang-orang yang akan kehilangan mata pencahariannya di sana. Tidak sulit untuk menebak bahwa akan banyak usaha yang tutup apabila lokalisasi juga ditutup, meskipun tidak semuanya bekeja di bisnis prostitusi. Banyak penjual makanan minuman, juga mungkin penjual kondom yang akan segera gulung tikar begitu tidak ada lagi pengunjung ke sana untuk mencari hiburan.

Bagi saya, ada masalah lain yang lebih rumit dari masalah mata pencaharian.

Melokalisasi bisnis prostitusi memang dapat dibilang seolah-olah melegalkan praktek perpelacuran. Akan tetapi, dengan menutup sebelah mata akan adanya bisnis syahwat semacam ini, dan melokalisasinya seperti di Dolly ini membuat bisnis dan pertumbuhannya dapat dengan lebih mudah dikontrol oleh pemerintah. Pemerintah juga dapat dengan lebih mudah memberikan penyuluhan mengenai pentingnya kesehatan organ seksual kepada para pekerja seks komersial. Para pekerja juga dapat dengan mudah dideteksi keberadaannya, dan sesegera mungkin dapat diketahui apabila ada kekerasan yang terjadi di sana (mengingat pekerjaan ini sangat rawan dengan tindak kekerasan pula).

Membubarkan lokalisasi saya rasa bukanlah tindakan yang bijaksana.

Membubarkan tempat lokalisasi, tidak menyelesaikan masalah sampai ke akarnya. Membongkar Dolly, bukan berarti membuat para pekerja seks tersebut berhenti melakukan prostitusi. Meniadakan Dolly bukan berarti pelanggan tidak lagi dapat mengontak para mucikari.

Itu hanya berarti para pekerja seks komersial ini tidak lagi dapat mencari makan di Dolly. Mereka bisa berada di mana saja, bekerja pada mucikari gelap dan menjadi pekerja seks panggilan, atau berdiri di pinggir jalan atau di mall menunggu ada yang menangkap kode yang mereka gunakan. Mereka tidak lagi terakses dengan petugas kesehatan, karena petugas tidak lagi tahu harus mencari mereka di mana. Tidak ada lagi penyuluhan, karena sekarang para pelaku prostitusi sudah tersebar entah di mana. Dan lebih lagi... pekerjaan yang pada dasarnya sudah rawan kekerasan itu sekarang makin rawan lagi karena tidak ada lagi kontrol lingkungan.

Apabila alasannya adalah membersihkan lingkungan, dan memperbaiki moral, saya rasa membubarkan Dolly tidaklah relevan. Praktek prostitusi adalah salah satu pekerjaan tertua di dunia, di mana selama masih ada permintaan, maka selalu akan ada supply. Lagipula, saya rasa sudah saatnya pemerintah menyadari bahwa urusan moral dan etika bukanlah urusan pemerintah, apalagi kalau tidak merugikan orang lain. Yang harus diurusi pemerintah adalah pembenahan struktur dan infrastruktur dan juga hal-hal yang menyangkut hukum.

Pembubaran Dolly, saya lihat tidak akan menyelesaikan masalah apapun, dan bahkan hanya akan memperbesar masalah. Dan masalah terbesarnya adalah, tidak ada yang bisa seberapa besar masalah yang ditimbulkan karena penutupan Dolly, karena nantinya semua akan dilakukan secara underground.

Coba pikir lagi.

No comments:

Post a Comment