Thursday, December 12, 2013

Pelecehan Atau Bukan?

Sedang gonjang-ganjing Badan Kehormatan DPR ingin memanggil Komisioner Penyiaran Indonesia, Agatha Lily untuk dugaan kasus pelecehan yang dialami beliau oleh empat orang anggota komisi I DPR RI yang pada saat itu sedang melakukan fit and proper test. Pertanyaan yang diberikan kepada mereka yang sedang menjalani fit and proper test tersebut dirasa oleh Komnas Perempuan ada yang bersifat merendahkan martabat perempuan. Meskipun demikian, Agatha Lily sendiri merasa bahwa beliau tidak merasa dilecehkan pada saat menjalani ujian tersebut.

Komnas Perempuan melaporkan adanya tindakan pelecehan yang dilakukan oleh empat orang anggota komisi I yang membidangi penyiaran di Indonesia pada saat melakukan fit and proper test untuk anggota KPI. Pertanyaan-pertanyaan dan pernyataan-pernyataan yang dimaksud adalah yang bersifat personal, seperti apakah mereka sudah menikah atau belum; bahwa beliau cantik, dan pertanyaan mengenai nomer ponsel beliau. Pernyataan dan pertanyaan tersebut dinilai genit.

Pada saat diwawancara, Agatha Lily sendiri mengaku tidak merasa mengalami pelecehan. Bahkan dia merasa ditekan dengan isu pelecehan ini. Beliau pun menanyakan, apakah dibilang cantik adalah bentuk pelecehan.

Saya bisa mengerti apabila yang bersangkutan tidak ingin disebut sebagai korban pelecehan. Dengan posisi beliau, akan sangat tidak menguntungkan apabila beliau diekspos sebagai seorang korban di media nasional, terlebih lagi apabila beliau benar-benar tidak merasa sedang dilecehkan. Saya tidak mengerti juga kenapa komnas perempuan membawa-bawa nama beliau sebagai korban tanpa lebih dahulu berkoordinasi dengan yang bersangkutan.

Saya sendiri tidak bisa dengan hitam-putih mengatakan bahwa sebuah pernyataan atau pertanyaan adalah bersifat melecehkan. Saya tahu ada beberapa orang yang dengan senang hati "digoda", karena merasa itu adalah salah satu bentuk pujian atas kelebihan fisiknya. Tapi saya juga tahu ada orang yang merasa risih dengan pertanyaan maupun pernyataan yang sifatnya berupa pujian fisik. Tidak hanya perempuan, tapi saya juga merasa laki-lakipun sama.

Bayangkan seorang laki-laki, sedang menjalani fit and proper test, dan diuji oleh sebuah tim penyeleksi yang terdiri dari banyak perempuan. Posisikan juga usia laki-laki tersebut lebih muda dan perempuan-perempuan yang melakukan uji kelayakan tersebut jauh lebih matang daripada laki-laki tersebut. Bagaimana jika salah seorang perempuan itu mengatakan: "Kamu tegap sekali, sehari gym berapa jam?" atau "Parfum kamu wangi, Bvlgari Aqva?" atau "Kamu ganteng begitu kenapa belum menikah?"

Apakah itu pujian? Apakah itu pelecehan?

Saya benar-benar tidak bisa mengatakannya.

Apabila saya berada di posisi orang yang sedang diwawancara, saya tentu saja akan merasa tidak nyaman dengan pertanyaanya. Meskipun dengan dalih bercanda, saya akan tetap merasa canggung karena saya merasa saya tidak cukup dekat dengan sang penanya. Bagi saya pribadi, pertanyaan tersebut meskipun tidak menyinggung masih tetap membuat saya merasa jengah. Tapi saya tahu benar bagi beberapa teman saya, pertanyaan semacam itu adalah bentuk apresiasi terhadap jam-jam fitness dan menit-menit di salon. Saya tahu benar bahwa mereka akan dengan perasaan berbunga tersenyum lebar menanggapi pernyataan mengenai betapa cantiknya mereka.

Tapi...

Saya harus menekankan kata "TAPI" ini.

TAPI, di luar apakah pertanyaan itu merendahkan atau meninggikan, mencairkan suasana atau melecehkan, bercanda atau serius, saya merasa pertanyaan tersebut tidak pada tempatnya. Fit and proper test yang dilakukan oleh komisi I DPR RI itu seharusnya adalah wadah formal. Yang dilakukan selama ujian pun seharusnya bersifat resmi sesuai dengan standar. Segala sesuatu yang mereka katakan di dalam ruang ujian harusnya mencerminkan profesionalitas baik sebagai anggota dewan, sebagai anggota komisi I, maupun sebagai calon komisioner KPI.

Seandainya ternyata mereka memiliki kedekatan sebagai teman di luar itu, bukankah ada waktu lain untuk saling melempar canda. Bukankah ada forum lain yang tidak resmi, ruang dan waktu yang lebih personal untuk menanyakan hal-hal yang sifatnya personal?

Saya tidak memutus apakah benar ini adalah tindakan pelecehan atau bukan. Tapi saya merasa bahwa anggota dewan seyogianya memang harus lebih mengasah profesionalitas mereka. Seharusnya mereka bisa membedakan peran sosial apa yang sedang mereka bawa pada saat itu.

Pada saat fit and proper test itu, mereka adalah penguji. Mereka bukanlah teman dari Agatha Lily. Maka, pada saat itu seharusnya mereka bersikap seperti layaknya penguji, dan bukan bersikap sebagai teman dan melempar canda yang bersifat personal semacam itu.

Bukankah begitu?

No comments:

Post a Comment